Rabu, 31 Maret 2010

Rabu, 17 Maret 2010

SENI KRIA

KARYA SENI TERAPAN
NUSANTARA
Di susun oleh :
Sotiya ( 04 )
Robby ( 16 )
Gustika ( 19 )
Ima ( 20 )
Shafia ( 21 )
SMA NEGERI 4 MALANG
Jl. Tugu Utara No.
Telp. (0341) 325267
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-
Nya lah kami dapat menyelesaikan tugas seni rupa tentang karya Seni Terapan. Tak
lupa kami ucapkan terima kasih kepada kepala sekolah dan guru kesenian SMAN 4
Malang, serta pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan tugas ini.
Adapun penyusunan tugas seni rupa ini bertujuan untuk membahas lebih
lanjut perkembangan seni rupa dari masa ke masa. Adapun tujuan lain dari
penyusunan makalah ini agar para pembaca mengerti dan paham mengenai karya
seni terapan, khususnya seni terapan Nusantara yang ada di lingkungan sekitar kita
agar lebih menghargai, menjaga, dan melestarikannya.
Kami selaku penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
karya tulis kami ke depannya.
Malang, 4 November 2009
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
1.2 TUJUAN
BAB II ISI
2.1 KERAGAMAN SENI TERAPAN
2.2 SENI TERAPAN NUSANTARA
BAB III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
2.1 LATAR BELAKANG
Dalam kaya tulis ini, kami membahas dan mempelajari tentang seni Terapan
atau yang biasa disebut seni kriya. Namun, di sini kita m
engkhususkan untuk menyinggung karya seni terapan nusantara. Karena seni terapan
memiliki cakupan yang luas, tiap daerah saja memiliki ciri khas yang berbeda apalagi
tiap negara.
Indonesia memiliki banyak seni dan budaya yang layak kita banggakan,
sayangnya kita sebagai penerus bangsa tidak mengetahui dan sadar akan hal
istimewa tersebut. Untuk itulah kami membuat karya tulis yang berisikan tentang
seni terapan nusantara yang ada di sekitar kita dan kita gunakan sehari-hari.
2.2 TUJUAN
2.1 Mengetahui karya seni terapan khususnya nusantara
2.2 Meningkatkan pemahaman tentang karya seni terapan
2.3 Bisa menciptakan karya seni terapan seiring berjalannya jaman
BAB II
2.1 KERAGAMAN SENI RUPA
Prinsip seni meliputi dua hal, yaitu:
1) Komposisi (susunan)
Apa pun jenis karya seni rupa yang dikerjakan, tidak akan terlepas dari
komposisi. Komposisi itu sendiri adalah susunan. Hasil karya itu akan baik dan indah
apabila pengaturan atau penyusunan unsur-unsur seni rupa dalam satu kesatuan.
Unsur-unsur pokok dalam seni rupa adalah titik, garis, bidang, arah, bentuk, ukuran,
warna, gelap-terang, dan tekstur. Seseorang yang menyusun unsur tersebut berarti ia
menciptakan bentuk atau desain. Komposisi dapat dihasilkan dengan memperhatikan
prinsip-prinsip pengaturan atau penyusunan.
Jika kita cermati uraian di atas, maka terdapat beberapa Prinsip Seni yang dapat kita
tarik satu persatu, diantaranya adalah:
a. Kesatuan (Unity)
Kesatuan merupakan paduan unsur-unsur rupa yang antara unsur satu dengan
yang lain saling menunjukkan adanya hubungan atau keterkaitan, dengan kata lain
tidak terpisah-pisah atau berdiri sendiri. Agar sebuah karya seni menjadi enak
dipandang maka syarat utamanya adalah memiliki kesatuan. Dalam prinsip kesatuan
inilah sebenarnya memuat pula prinsip-prinsip yang lain. Kesatuan akan terwujud
jika di dalamnya terdapat keserasian, keseimbangan, irama, dan fokus perhatian.
Gambar yang menunjukkan kesatuan
b. Keseimbangan (Balance)
Keseimbangan merupakan prinsip pengaturan unsur rupa dengan memperhatikan
bobot visual yang tidak berat sebelah atau timpang. Pengaturan unsur yang timpang
mengakibatkan perasaan tidak nyaman bagi orang yang melihatnya. Terdapat dua
macam keseimbangan, yaitu simetris dan asimetris. Keseimbangan simetris adalah
pengaturan unsur yang sama bentuk dan jumlahnya. Sedangkan keseimbangan
asimetris adalah pengaturan unsur yang antar bagiannya tidak sama bentuk dan
jumlahnya tetapi menunjukkan kesan bobot visual yang sama.
Gambar yang menunjukkan prinsip kesatuan
c. Keserasian (Harmony)
Keserasian merupakan perpaduan unsur rupa yang selaras atau hubungan yang
tidak bertentangan antara bagian satu dengan bagian lainnya. Keserasian dapat
terbentuk karena pengaturan unsur yang memiliki kedekatan bentuk (kemiripan),
perpaduan warna, maupun unsur peran (fungsi).
Keserasian warna antara lapisan langit dan bukit
d. Irama (Rhytm)
Pengulangan unsur-unsur rupa dalam sebuah tatanan akan menimbulkan kesan
gerak bagi orang yang melihatnya. Kesan gerak inilah yang disebut irama. Terdapat
beberapa jenis irama, diantaranya; irama repetitif, yaitu kesan gerak yang
ditimbulkan dari pengaturan unsur yang monoton (sama) baik ukuran, warna maupun
jaraknya. Iramaalternatif merupakan kesan gerak yang muncul karena pengaturan
unsur yang berselang seling baik bentuk, ukuran, maupun warnanya. Irama yang lain
adalah irama progresif, yakni kesan gerak yang menunjukkan adanya perubahan dari
unsur-unsurnya, misalnya perubahan dari besar menuju kecil, pendek menuju ke
panjang, tebal ke tipis, atau bisa juga perubahan dari satu warna ke warna lain.
Irama gambar wajah
e. Kesebandingan (Proportion)
Kesebandingan atau lebih dikenal dengan sebutan proporsi adalah perbandingan
ukuran unsur-unsurnya, baik perbandingan antar bagian maupun antara bagian
terhadap keseluruhan. Pengaturan besar kecilnya bagian merupakan prinsip yang erat
kaitannya dengan keseimbangan. Orang-orang pada zaman Yunani meyakini sebuah
pendekatan menggunakan proporsi yang dianggap ideal dan memiliki keindahan
yang agung, yang dikenal sebagai Golden Ratio atau Golden section.
f. Fokus Perhatian (Centre of interest)
Fokus perhatian sering disebut pula dengan dominasi. Dalam tatanan sebuah karya
seni rupa selalu diupayakan terdapat satu bagian yang lebih menonjol dari bagian
lainnya artinya terdapat satu bagian yang mencuri perhatian pengamat. Fungsinya
adalah agar tema utama sebuah karya menjadi jelas terlihat. Fokus perhatian dapat
dibuat dengan berbagai cara, misalnya membuat aksentuasi (pengecualian) atas
bentuk yang seragam, perbedaan ukuran, perbedaan warna, dan lain sebagainya.
Titik pusat yang menjadi titik pusat
2. Unsur-unsur seni rupa
a) GarisS
ebenarnya ’garis’ tidaklah benar-benar ada. Jika anda mengganggap rambut
adalah garis, coba buktikan dengan mikroskop. Rambut akan terlihat dan terdiri dari
banyak sel dengan bentuk-bentuk organik.
Garis tercipta dari adanya perbedaan warna, cahaya atau perbedaan jarak.
Tetapi dalam desain grafis, garis didefinisikan sebagai sekumpulan titik yang
dideretkan memanjang. Garis di software grafis komputer sering disebut
Outline (Coreldraw) , Contour atau Stroke (Adobe Photoshop). Setiap jenis garis
memiliki karakter dan suasana yang berbeda.
Setiap garis menimbulkan kesan psikologis dan persepsi tersendiri. Misalnya
garis yang membentuk ‘S’, sering dirasakan sesuatu yang lembut, halus dan gemulai.
Bandingkan dengan garis yang membentuk ‘Z’, terkesan tegas dan kaku. Perasaan ini
terjadi karena ingatan kita menyamakan dengan bentuk lengkung seperti bentuk
tubuh atau ombak di laut.
Garis secara orientasi, terdiri dari:
· Garis Lurus Horisontal , memberi kesan sugesti ketenangan atau hal yang tak
bergerak.
· Garis Lurus Vertikal , memberi kesan stabilitas, kekuatan atau kemegahan.
· Garis Lurus Miring Diagonal, memberi kesan tidak stabil, sesuatu yang bergerak atau
dinamika
· Garis melengkung (Kurva) memberi kesan keanggunan, halus.
Bentuk-bentuk garis
Garis mempunyai gaya / style
Garis juga mempunyai ujung
Kombinasi garis-garis dasar tersebut akan menghasilkan garis-garis lain sebagai
berikut:
Kombinasi garis Horisontal dan Vertikal
Memberi kesan formal, kokoh, tegas.
Kombinasi garis bentuk L, bentuk T,dan bentuk palang
Kombinasi garis Diagonal
Memberi kesan konflik, perang, larangan, contoh: rambu lalu lintas ‘dilarang
parkir’, ‘dilarang stop’ dan tanda tidak sama dengan di pelajaran matematika.
contok kombinasi garis diagonal
Kombinasi garis Kurva
· Spiral, memberi kesan kelahiran atau generasi penerus, hipnotis.
· Setengah lingkaran, memberi kesan kekokohan. Gelombang, memberi kesan
mengalir, lembut, gemulai. Contoh: logo yin-yang
Gambar kombinasi garis kurva
Cara menggambar lingkaran
Kombinasi Pada Sudut
Beberapa bentuk sudut
Pengulangan
Pengulangan akan menimbulkan irama. Sehingga kesannya riang, tenang, malas,
stabil. Zig-zag memberi kesan bergairah, semangat, dinamika atau gerak cepat.
Gambar garis perulangan
Pencerminan
Pencerminan dari garis lengkung
Pacaran
Pancaran dari garis
Memberi kesan adanya jarak, kejauhan, fokus, meledak, spontanitas, memusat,
keluasan, tanpa batas dan lain-lain.
b) Arah merupakan susunan suatu garis atau bentuk menuju kerah tertentu sehingga
akan dapat memberi kesan stabil atau dinamis, seperti arah berbelok-belok berkesan
dinamis dan arah horizontal berkesan stabil.
c) Bidang, ruang (bentuk) Bidang merupakan unsur rupa yang memiliki dimensi
panjang dan lebar, sedangkan bentuk memiliki dimensi panjang, lebar, dan tinggi.
Atau dengan kata lain bidang bersifat pipih, sedangkan bentuk memiliki isi atau
volume. Dari bentuknya bidang maupun bentuk terdiri dari beberapa macam, yakni;
bidang geometris, bidang biomorfis (organis), bidang bersudut, dan bidang tak
beraturan. Bidang dapat terbentuk karena kedua ujung garis yang bertemu, atau
dapat pula terjadi karena sapuan warna.
Gambar bidang dasar
Gambar-gambar bidang
d) Ukuran merupakan kesan perbandingan suatu bentuk, seperti panjang-pendek,
besar-kecil, luassempit, dll.
e) Gelap terang Dalam karya seni rupa dua dimensi gelap terang dapat berfungsi
untuk beberapa hal, antara lain: menggambarkan benda menjadi berkesan tiga
dimensi, menyatakan kesan ruang atau kedalaman, dan memberi perbedaan
(kontras). Gelap terang dalam karya seni rupa dapat terjadi karena intensitas (daya
pancar) warna, dapat pula terjadi karena percampuran warna hitam dan putih.
.
Gambar gelap terang
Gelap terang memberi kesan 3 dimensi
f) Warna merupakan unsur yang dapat memberi kesan secara menyeluruh pada
suatu bentuk.
Warna dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu:
(1) warna primer (pokok) : merah, kuning dan biru;
(2) warna sekunder (campuran dua warna primer) :
- orange ( merah dan kuning )
- ungu ( merah dan biru)
- hijau ( kuning dan biru)
(3) warna tersier (campuran warna primer dan sekunder) : hijau
muda, hijau tua, ungu muda, ungu tua, orange muda, orange tua.
Warna komplimenter adalah warna-warna yang berlawanan atau berhadapan
dalam susunan warna.
Gambar Lingkaran warna
Penggunaan warna
Penggunaan warna dapat dikelompokan menjadi tiga, yaitu:
a. Warna Harmonis, warna diterapkan secara naturalis seperti warna
yang nampak di alam, misalnya daun berwarna hijau, langit berwarna biru, bunga
berwarna merah, dsb.
b. Warna Heraldis, warna yang digunakan dalam pembuatan symbol
atau lambang, misalnya merah berarti berani, putih berarti suci, biru berarti damai,
hijau berarti sejuk, kuning berarti jaya, ungu berarti berkabung, dll.
c. Warna Murni, penggunaan warna secara bebas tidak terikat oleh
alam atau makna tertentu, misalnya pada karya-karya seni modern.
g. Tekstur, merupakan nilai raba dari suatu permukaan (kasar
halusnya permukaan benda). Tekstur ada dua, yaitu tekstur nyata dan tekstur semu.
h. Titik, merupakan unsur yang dapat digunakan untuk memunculkan
kesan suatu bentuk, seperti membuat gambar ilustrasi atau lukisan pointilisme.
g) Tekstur, merupakan sifat permukaan sebuah benda. Sifat permukaan dapat
berkesan halus, kasar, kusam, mengkilap, licin, berpori dan sebagainya. Kesan-kesan
tersebut dapat dirasakan melalui penglihatan dan rabaan. Oleh karena itu terdapat dua
jenis tekstur, yaitu tekstur nyata,yaitu sifat permukaan yang menunjukkan kesan
sebenarnya antara penglihatan mata dan rabaan, dan tekstur semu (maya), yaitu
kesan permukaan benda yang antara penglihatan dan rabaan dapat berbeda kesannya.
Beberapa contoh tekstur
h) Ruang (kedalaman) dalam karya tiga dimensi dapat dirasakan langsung oleh
pengamat seperti halnya ruangan dalam rumah, ruang kelas, dan sebaginya. Dalam
karya dua dimensi ruang dapat mengacu pada luas bidang gambar. Unsur ruang atau
kedalaman pada karya dua dimensi bersifat semu (maya) karena diperoleh melalui
kesan penggambaran yang pipih, datar, menjorok, cembung, jauh dekat dan
sebagainya. Oleh karena itu dalam karya dua dimensi kesan ruang atau kedalaman
dapat ditempuh melelui beberapa cara, diantaranya:
1). Melalui penggambaran gempal,
2). Penggunaan perspektif,
3). Peralihan warna, gelap terang, dan tekstur,
4). Pergantian ukuran,
5). Penggambaran bidang bertindih,
6). Pergantian tampak bidang,
7). Pelengkungan atau pembelokan bidang,
8). Penambahan bayang-bayang.
Penggambaran bidang tertindih
Penggunaan gambar perspektif
2.2 SENI TERAPAN NUSANTARA
A. Konsep Karya Seni Rupa Terapan
Bentuk kebudayaan yang paling sederhana muncul pada zaman batu. Hal
tersebut berkaitan dengan tingkat kecerdasan, perasaan dan pengetahuan yang
disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang dihadapi pada zaman itu. Untuk
menunjang kelangsungan hidup, mereka membuat
alat-alat dari bahan-bahan yang diperoleh di alam sekitar mereka. Sebagai contoh,
kapak genggam dan alat-alat perburuan dibuat dari tulang dan tanduk binatang.
B. Pengertian Seni Terapan
Seni kriya sering disebut dengan istilah Handycraft yang berarti kerajinan
tangan. Seni kriya termasuk seni rupa terapan (applied art) yang selain mempunyai
aspek-aspek keindahan juga menekankan aspek kegunaan atau fungsi praktis.
Artinya seni kriya adalah seni kerajinan tangan manusia yang diciptakan untuk
memenuhi kebutuhan peralatan kehidupan sehari-hari dengan tidak melupakan
pertimbangan artistik dan keindahan.
Dalam membuat karya seni rupa terapan, seorang desainer terikat oleh kaidah
yang harus menjadi pertimbangan sejak tahap awal hingga karya selesai. Hal tersebut
dikarenakan adanya tuntutan-tuntutan yang menyangkut fungsi, ukuran, bentuk, yang
berkaitan dengan fungsional praktis.
C.Unsur Karya Seni Terapan
Seni terapan mengutamakan terapan atau fungsi maka sebaiknya terpenuhi
syarat-syarat sebagai berikut:
1. Utility atau aspek kegunaan
· Security yaitu jaminan tentang keamanan orang menggunakan
barang-barang itu.
· Comfortable, yaitu enaknya digunakan. Barang yang enak
digunakan disebut barang terap. Barang-barang terapan adalah
barang yang memiliki nilai praktis yang tinggi.
· Flexibility, yaitu keluwesan penggunaan. Barang-barang seni kriya
adalah barang terap yaitu barang yang wujudnya sesuai dengan
kegunaan atau terapannya. Barang terap dipersyaratkan memberi
kemudahan dan keluwesan penggunaan agar pemakai tidak
mengalami kesulitan dalam penggunaannya.
2. Estetika atau syarat keindahan
Sebuah barang terapan betapapun enaknya dipakai jika tidak enak
dipandang maka pemakai barang itu tidak merasa puas. Keindahan
dapat menambah rasa senang, nyaman dan puas bagi pemakainya.
Dorongan orang memakai, memiliki, dan menyenangi menjadi lebih
tinggi jika barang itu diperindah dan berwujud estetik.
D. Fungsi dan Tujuan Pembuatan Seni Terapan
1. Sebagai benda pakai, adalah seni kriya yang diciptakan
mengutamakan fungsinya, adapun unsur keindahannya hanyalah
sebagai pendukung.
Kursi
tempat tissue
Kursi, lampu, dan kasur
2. Sebagai benda hias, yaitu seni kriya yang dibuat sebagai benda
pajangan atau hiasan. Jenis ini lebih menonjolkan aspek keindahan
daripada aspek kegunaan atau segi fungsinya.
Botol-botol yang digunakan pajangan
Gantungan kunci dari logam
3. Sebagai benda mainan, adalah seni kriya yang dibuat untuk digunakan
sebagai alat permainan.
Beberapa mainan yang terbuat dari logam metal
gasing dari bali
E.Menilai Karya Seni Rupa Terapan (Seni Kriya)
Menilai suatu karya seni kriya, kita harus memahami proses apresiasi seni
rupa secara utuh. Proses tersebut adalah pengamatan, penghayatan terhadap karya,
dan pengalaman berkarya seni sehingga dapat menumbuhkan rasa kagum, sikap
empati, dan simpati yang akhirnya mempunyai kemampuan menikmati, menilai, dan
manghargai karya seni.
1. Nilai suatu karya sangat ditentukan oleh kemampuan perupa karya seni itu sendiri
yang meliputi:
● konsepsi atau gagasan;
● kreativitas dalam penciptaan karya;
● teknik pengerjaan yang menghasilkan corak tersendiri, namun tetap
memperhitungkan sifat-sifat media/bahan;
● keunikan dalam pengaturan komposisi dan bentuk sehingga menghasilkan karya
yang tampak unik (beda dengan yang lain).
Kualitas suatu karya selain tergantung dari perupanya juga ditentukan
oleh kualitas dan sifat dari media/bahan yang digunakan. Misalnya sebuah
topeng yang dikerjakan dengan bahan kayu pule akan jauh lebih berkualitas
dibandingkan dengan menggunakan kayu meranti.
1. Kriteria Menilai Karya Seni Rupa Terapan (Seni Kria)
Suatu karya seni yang tergolong ke dalam seni rupa tentu dalam
pengerjaannya memperhitungkan kaidahkaidah seni rupa, maka dalam menilai
atau memilih suatu karya seni rupa yang baik dan berkualitas diperlukan apresiasi
seni rupa.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam berkarya seni rupa dan apresiasinya
adalah sebagai berikut:
a. prinsip seni;
b. fungsi seni;
c. komposisi atau unsur seni
F. Jenis-jenis Seni Kriya di Nusantara
1. Seni kerajinan kulit, kerajinan yang menggunakan bahan baku
dari kulit yang sudah dimasak, kulit mentah atau kulit sintetis.
Contohnya: tas, sepatu, jaket, wayang dan lain-lain.
Sepatu dan sandal kulit Magetan
Jaket yang berbahan dasar kulit
Wayang kulit
pengrajin kulit
2. Seni kerajinan logam, kerajinan yang menggunakan bahan logam
seperti besi, perunggu, emas, perak. Sedangkan teknik yang
digunakan biasanya menggunakan sistem cor, ukir, tempa atau sesuai
dengan bentuk yang diinginkan. Contohnya pisau, barang aksesoris,
dan lain-lain.
Gong yang paling besar dikenali sebagai tawak. Engkerumong pula merupakan set
gong yang kecil tidak berukir yang biasanya disusun di atas rak yang melintang.
Gong biasanya dipukul mengikut alunan muzik dan ia merupakan mulatar untuk
tarian tradisional di rumah panjang .
Gong tembaga yang dihiasi dengan ukiran-ukiran naga yang menyerlah serta
bermotifkan bunga-bungaan.
Balangan tembaga, cerek, caping, Talam dan keris.
Meriam tembaga, panjang : 151.5cm dan 116.5cm
3. Seni ukir kayu, yaitu kerajinan yang menggunakan bahan dari kayu
yang dikerjakan atau dibentuk menggunakan tatah ukir. Kayu yang
biasanya digunakan adalah: kayu jati, mahoni, waru, sawo, nangka
dan lain-lain.
Contohnya :
Bening Aban
Alat untuk memanggul anak yang hanya terdapat pada masyarakat suku Dayak
Kenyah. Alat ini terbuat dari kayu yang biasanya dihiasi dengan ukiran atau dilapisi
dengan sulaman manik-manik serta uang logam
.
Bening Aban
Sumpitan
Alat yang biasa digunakan untuk berburu atau berperang yang dikenal oleh hampir
seluruh suku Dayak di Kalimantan. Alat ini terbuat dari kayu ulin atau sejenisnya
yang berbentuk tongkat panjang yang diberi lubang kecil untuk memasukkan anak
sumpitan. Sumpitan dilengkapi dengan sebuah mata tombak yang diikat erat pada
ujungnya dan juga dilengkapi dengan anak sumpitan beserta wadahnya (selup).
Sumpitan
Seraong
Topi berbentuk lebar yang biasa digunakan untuk bekerja di ladang atau untuk
menahan sinar matahari dan hujan. Kini banyak diolah seraong-seraong ukuran kecil
untuk hiasan rumah tangga.
Seraong
4. Seni kerajinan anyaman,kerajinan ini biasanya menggunakan bahan
rotan, bambu, purun, daun lontar, daun kelapa, daun pandan, serat pohon, pohon
pisang,
enceng gondok, dll. Contohnya: tikar, ketupat, topi, tas, keranjang dan lain-lain.
"Purun" merupakan bahan baku untuk membuat tikar tenun, lebar tikar untuk duduk,
untuk kasur lapisan,
tikar untuk berdoa pada upacara adat suku kalinantan pada jaman dahulu. Seni
memenun Tikar purun ini Sudah diwarisi sejak jaman dahulu dari para nenek
moyang suku khas yang ada dikalimantan.
Tikar Purun
Ketupat
5. Seni kerajinan batik, yaitu seni membuat pola hias di atas kain dengan
proses teknik tulis (casting) atau teknik cetak (printing). Contohnya:
baju, gaun dan lain-lain.
Selendang batik tegalan
6. Seni kerajinan keramik, kerajinan yang menggunakan bahan
baku dari tanah liat yang melalui proses sedemikian rupa (dipijit, butsir,
pilin, pembakaran dan glasir) sehingga menghasilkan barang atau
benda pakai dan benda hias yang indah. Contohnya: gerabah, piring
dan lain-lain.
Aneka macam bentuk keramik
Guci-guci keramik
G. Teknik dan Bahan Karya Seni Kriya
Ada beberapa teknik pembuatan benda-benda kriya yang disesuaikan dengan
bahan. Alat dan cara yang digunakan antara lain cor atau tuang, mengukir,
membatik, menganyam, menenun, dan membentuk.
1. Teknik cor (cetak tuang)
Ketika kebudayaan perunggu mulai masuk ke Indonesia, maka mulai dikenal
teknik pengolahan perunggu. Terdapat beberapa benda kriya dari bahan perunggu
seperti gendering perunggu, kapak, bejana, dan perhiasan.
Teknik cetak pada waktu itu ada dua macam:
· Teknik Tuang Berulang (Bivalve)
Teknik bivalve disebut juga teknik menuang berulang kali karena
menggunakan dua keeping cetakan terbuat dari batu dan dapat dipakai berulang kali
sesuai dengan kebutuhan (bi dua dan valve berarti kepingan). Teknik ini digunakan
untuk mencetak
benda-benda yang sederhana baik bentuk maupun hiasannya.
· Teknik Tuang Sekali Pakai (A Cire Perdue)
Teknik a cire perdue dibuat untuk membuat benda perunggu yang bentuk dan
hiasannya lebih rumit, seperti arca dan patung perunggu. Teknik ini diawali dengan
membuat model dari tanah liat, selanjutnya dilapisi lilin, lalu ditutup lagi dengan
tanah liat, kemudian dibakar untuk mengeluarkan lilin sehingga terjadilah rongga,
sehingga perunggu dapat dituang ke dalamnya. Setelah dingin cetakan tanah liat
dapat dipecah sehingga diperoleh benda perunggu yang diinginkan.
Disamping teknik cor ada juga teknik menempa yang bahan-bahannya berasal
dari perunggu, tembaga, kuningan, perak, dan emas. Bahan tersebut dapat dibuat
menjadi benda-benda seni kerajinan, seperti keris, piring, teko, dan tempat lilin. Saat
ini banyak terdapat sentrasentra kerajinan cor logam seperti kerajinan perak. Tempattempat
terkenal itu antara lain kerajinan perak di Kota Gede Yogyakarta dan kerajinan
kuningan yang terdapat di Juwana dan Mojokerto.
2. Teknik Ukir
Alam Nusantara dengan hutan tropisnya yang kaya menjadi penghasil kayu
yang bisa dipakai sebagai bahan dasar seni ukir kayu. Mengukir adalah kegiatan
menggores, memahat, dan menoreh pola pada permukaan benda yang diukir.
Di Indonesia, karya ukir sudah dikenal sejak zaman batu muda. Pada masa itu
banyak peralatan yang dibuat dari batu seperti perkakas rumah tangga dan bendabenda
dari gerabah atau kayu. Bendabenda itu diberi ukiran bermotif geometris,
seperti tumpal, lingkaran, garis, swastika, zig zag, dan segitiga. Umumnya ukiran
tersebut selain sebagai hiasan juga mengandung makna simbolis dan religius.
Dilihat dari jenisnya, ada beberapa jenis ukiran antara lain ukiran tembus
(krawangan), ukiran rendah, Ukiran tinggi (timbul), dan ukiran utuh.
Karya seni ukir memiliki macam-macam fungsi antara lain:
a. Fungsi hias, yaitu ukiran yang dibuat semata-mata sebagai hiasan
dan tidak memiliki makna tertentu.
Pengrajin yang sedang mengukir topeng
b. Fungsi magis, yaitu ukiran yang mengandung simbol-simbol tertentu
dan berfungsi sebagai benda magis berkaitan dengan kepercayaan
dan spiritual.
c. Fungsi simbolik, yaitu ukiran tradisional yang selain sebagai hiasan
juga berfungsi menyimbolkan hal tertentu yang berhubungan
dengan spiritual.
Perisai salah satu suku di nusantara
d. Fungsi konstruksi, yaitu ukiran yang selain sebagai hiasan juga
berfungsi sebagai pendukung sebuah bangunan.
Mengukir hiasan untuk bangunan
e. Fungsi ekonomis, yaitu ukiran yang berfungsi untuk menambah nilai
jual suatu benda. Contohnya: menjual hasil barang ukiran menambah pemasukan.
3. Teknik membatik
Kerajinan batik telah dikenal lama di Nusantara. Akan tetapi kemunculannya
belum diketahui secara pasti. Batik merupakan karya seni rupa yang umumnya
berupa gambar pada kain. Proses pembuatannya adalah dengan cara menambahkan
lapisan malam dan
kemudian diproses dengan cara tertentu atau melalui beberapa tahapan pewarnaan
dan tahap nglorod penghilangan malam.
Batik khas nusantara
Alat dan bahan yang dipakai untuk membatik pada umumnya sebagai berikut:
a. Kain polos, sebagai bahan yang akan diberi motif (gambar). Bahan kain tersebut
umumnya berupa kain mori, primissima, prima, blaco, dan baju kaos.
b. Malam, sebagai bahan untuk membuat motif sekaligus sebagai perintang
masuknya warna ke serat kain (benang).
c. Bahan pewarna, untuk mewarnai kain yaitu naptol dan garam diasol.
d. Canting dan kuas untuk menorehkan lilin pada kain.
Canting yang digunakan untuk membuat batik tulis
Sesuai dengan perkembangan zaman, saat ini dikenal beberapa teknik membatik antara
lain sebagai berikut:
a. Batik celup ikat, adalah pembuatan batik tanpa menggunakan malam sebagaia
bahan penghalang, akan tetapi menggunakan tali untuk menghalangi masuknya
warna ke dalam serat kain. Membatik dengan proses ini disebut batik jumputan.
Selendang batik celup
b. Batik tulis adalah batik yang dibuat melalui cara memberikan malam
dengan menggunakan canting pada motif yang telah digambar
pada kain.
Ibu pengrajin batik tulis
Batik tulis membutuhkan kesabaran yang tinggi
c. Batik cap, adalah batik yang dibuat menggunakan alat cap (stempel yang
umumnya terbuat dari tembaga) sebagai alat untuk membuat motif sehingga kain
tidak perlu digambar terlebih dahulu.
Batik cap warna
\
d.. Batik lukis, adalah batik yang dibuat dengan cara melukis. Pada teknik ini seniman
bebas menggunakan alat untuk mendapatkan efek-efek tertentu. Seniman batik lukis yang
terkenal di Indonesia antara lain Amri Yahya.
Batik lukis penari bali
membatik dengan teknik lukis
e. Batik modern, adalah batik yang cara pembuatannya bebas, tidak terikat oleh
aturan teknik yang ada. Hal tersebut termasuk pemilihan motif dan warna, oleh
karena itu pada hasil akhirnya tidak ada motif, bentuk, komposisi, dan pewarnaan
yang sama di
setiap produknya.
f. Batik printing, adalah kain yang motifnya seperti batik. Proses pembuatan batik ini
tidak menggunakan teknik batik, tetapi dengan teknik sablon (screen printing). Jenis
kain ini banyak dipakai untuk kain seragam sekolah. Daerah penghasil batik di Jawa
yang terkenal diantaranya
Pekalongan, Solo, Yogyakarta, Rembang dan Cirebon.
4. Teknik Anyam
Benda-benda kebutuhan hidup sehari-hari, seperti keranjang, tikar,
topi dan lain-lain dibuat dengan teknik anyam. Bahan baku yang
digunakan untuk membuat benda-benda anyaman ini berasal dari
berbagai tumbuhan yang diambil seratnya, seperti bamboo, palem,
rotan, mendong, pandan dan lain-lain.
menganyam dengan menggunakan daun kering
Teknik menganyam ketupat
prengrajin tas anyam
5. Teknik Tenun
Teknik menenun pada dasarnya hampir sama dengan teknik menganyam,
perbedaannya hanya pada alat yang digunakan. Untuk anyaman kita cukup
melakukannya dengan tangan (manual) dan hampir tanpa menggunakan alat bantu,
sedangkan pada kerajinan menenun kita menggunakan alat yang disebut lungsi dan
pakan.
Kain
tenun
Ibu sedang menenun
6. Teknik membentuk
Pengertian teknik membentuk di sini yaitu membuat karya seni rupa dengan
media tanah liat yang lazim disebut gerabah, tembikar atau keramik. Keramik
merupakan karya dari tanah liat yang prosesnya
melalui pembakaran sehingga menghasilkan barang yang baru dan
jauh berbeda dari bahan mentahnya.
Teknik yang umumnya digunakan pada proses pembuatan keramik
diantaranya:
a. Teknik coil (lilit pilin)
b. Teknik tatap(batu/pijat jari)
c. Teknik slab (lempengan)
Cara pembentukan dengan tangan langsung seperti coil, lempengan atau pijat
jari merupakan teknik pembentukan keramik tradisional yang bebas untuk membuat
bentukbentuk yang diinginkan. Bentuknya tidak selalu simetris.Teknik ini sering
dipakai oleh seniman atau para penggemar
keramik.
Beberapa keramik yang biasa dijadikan koleksi para kolektor
d. Teknik putar
Teknik pembentukan dengan alat putar dapat menghasilkan banyak bentuk
yang simetris (bulat, silindris) dan bervariasi. Cara pembentukan dengan teknik putar
ini sering dipakai oleh para pengrajin di sentra-sentara keramik. Pengrajin keramik
tradisional biasanya menggunakan alat putar angan (hand wheel) atau alat putar kaki
(kick wheel). Para pengrajin bekerja di atas alat putar dan menghasilkan
bentuk-bentuk yang sama seperti gentong, guci dll
membuat keramik dinoyo dengan teknik putar
pengrajin keramik
e. Teknik cetak
Teknik pembentukan dengan cetak dapat memproduksi barang dengan jumlah
yang banyak dalam waktu relative singkat dengan bentuk dan ukuran yang sama
pula. Bahan cetakan yang biasa dipakai adalah berupa gips, seperti untuk cetakan
berongga, cetakan padat, cetakan jigger maupun cetakan untuk dekorasi tempel. Cara
ini digunakan pada pabrik-pabrik keramik dengan produksi massal, seperti alat alat
rumah tangga piring, cangkir, mangkok gelas dll Disamping cara-cara pembentukan
diatas, para pengrajin keramik tradisonal dapat membentuk keramik dengan teknik
cetak pres, seperti yang dilakukan pengrajin genteng, tegel dinding maupun hiasan
dinding dengan berbagai motif seperti binatang atau tumbuh-tumbuhan.
cara mencetak guci
Guci-guci hasil teknik cetak
BAB III
3.1 KESIMPULAN
Dari beberapa penjelasan yang telah kami bahas, seni terapan khususnya
nusantara memiliki fungsi dan tujuan sebagai benda hias, benda pakai, maupun
mainan. Tentunya karya-karya seni terapan tersebut tidak lepas dari unsur-unsur seni
seperti garis, arah, bidang, ukuran, gelap terang, dan warna.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.kutaikartanegara.com/senibudaya/kriya.html
http://www.scribd.com/doc/17958701/SENI-KRIYA-NUSANTARA
http://www.museum.sarawak.gov.my/bmver/logam.htm
http://argamakmur.wordpress.com/2009/08/09/seni-kriya-nusantara/
http://images.google.co.id/images?hl=id&client=firefox-a&rls=org.mozilla:en-
US:official&um=1&q=seni+batik&sa=N&start=20&ndsp=20

manajemen pendidikAN

Manajemen Pendidikan, Problematika dan Tantangannya
Oleh : Choirul Ihwan (Santri PonPes UII)
Pendahuluan
Kemajuan suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh kualitas SDM (Sumber Daya
Manusia) masyarakat bangsa tersebut. Kualitas SDM tergantung pada tingkat
pendidikan masing-masing individu pembentuk bangsa. Pendidikan yang visioner,
memiliki misi yang jelas akan menghasilkan keluaran yang berkualitas. Dari sanalah
pentingnya manajemen dalam pendidikan diterapkan.
Manajemen pendidikan untuk saat ini merupakan hal yang harus diprioritaskan
untuk kelangsungan pendidikan sehingga menghasilkan keluaran yang diinginkan.
Kenyataan yang ada, sekarang ini banyak institusi pendidikan yang belum memiliki
manajemen yang bagus dalam pengelolaan pendidikannya. Manajemen yang digunakan
masih konvensional, sehingga kurang bisa menjawab tantangan zaman dan terkesan
tertinggal dari modernitas.
Hal ini mengakibatkan sasaran-sasaran ideal pendidikan yang seharusnya bisa
dipenuhi ternyata tidak bisa diwujudkan. Parahnya terkadang para pengelola pendidikan
tidak menyadari akan hal itu, oleh karena itu, tulisan ini akan sedikit mengulas tentang
problematika, tantangan serta isu-isu yang berkaitan dengan manajemen pendidikan.
Definisi Manajemen
Sebagaimana dicatat dalam Encyclopedia Americana manajemen merupakan "
the art of coordinating the ele-ments of factors of production towards the achievement of
the purposes of an organization", yaitu suatu seni untuk mengkoordinir sumberdaya
organisasi untuk mencapai tujuan organisasi (www.bpkpenabur.or.id). Sumberdaya
organisasi tersebut meliputi manusia(men), bahan baku(ma-terials) dan
mesin(machines).Koordinasi dimaksudkan agar tujuan organisasi bisa dicapai dengan
efisien sehingga dapat memenuhi harapan berbagai pihak (stake-holders) yang
mempunyai kepentingan terhadap organisasi.
Pendidikan
Pendidikan merupakan setiap proses di mana seseorang memperoleh
pengetahuan (knowledge acquisition), mengembangkan kemampuan/keterampilan
(skills developments) sikap atau mengubah sikap (attitute change). Pendidikan adalah
1
suatu proses transformasi anak didik agar mencapai hal _hal tertentu sebagai akibat
proses pendidikan yang diikutinya
Sebagai bagian dari masyarakat, pendidikan memiliki fungsi ganda yaitu fungsi
sosial dan fungsi individual. Fungsi sosialnya untuk membantu setiap individu menjadi
anggota masyarakat yang lebih efektif dengan memberikan pengalaman kolektif masa
lalu dan sekarang, sedangkan fungsi individualnya untuk memungkinkan seorang
menempuh hidup yang lebih memuaskan dan lebih produktif dengan menyiapkannya
untuk menghadapi masa depan (pengalaman baru). Fungsi tersebut dapat dilakukan
secara formal seperti yang terjadi di berbagai lembaga pendidikan, maupun informal
melalui berbagai kontak dengan media informasi seperti buku, surat kabar, majalah, TV,
radio dan sebagainya.
Manajemen Pendidikan
Dari pengertian diatas, manajemen pendidikan merupakan suatu proses untuk
mengkoordinasikan berbagai sumber daya pendidikan seperti guru, sarana dan
prasarana pendidikan seperti perpustakaan, laboratorium, dsb untuk mencapai tujuan
dan sasaran pendidikan.
Tujuan pendidikan sebagaimana tertuang pada UU Nomor 2 tahun 1989 pasal 4,
antara lain dirumuskan : "Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan
bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan
bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang
mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan".
Sasaran pendidikan secara makro sebagaimana yang terdapat dalam lembagalembaga
pendidikan dapat diklasifikasikan pada beberapa hal, antara lain akuisisi
pengetahuan (sasaran kognitif), pengembangan keterampilan/kemampuan (sasaran
motorik) dan pembentukan sikap (sasaran afektif).
Sasaran sasaran makro ini kemudian diterjemahkan dalam berbagai bentuk
sasaran mikro yang dapat diukur secara rinci dan spesifik berupa apa yang diharapkan
dari hasil belajar mengajar. Salah satu sasaran yang dapat diukur untuk sasaran kognitif
adalah nilai hasil akhir belajar (NEM) dan perankingan sebagai implikasi dari NEM.
Untuk sasaran motorik, terkait dengan apa yang telah dihasilkan oleh siswa, sedangkan
untuk sasaran afektif, terkait dengan perubahan sikap/perilaku siswa setelah proses
belajar mengajar.
Oleh karena itu, pendidikan pun memerlukan adanya manajemen pendidikan
2
yang berupaya mengkoordinasikan semua elemen pendidikan untuk mencapai tujuan
pendidikan. Sebagaimana pada manajemen secara umum, manajemen pendidikan
meliputi empat hal pokok, yaitu perencanaan pendidikan, pengorganisasian pendidikan,
penggiatan pendidikan, dan pengendalian atau pengawasan pendidikan. Secara umum
terdapat sepuluh komponen utama pendidikan, yaitu: peserta didik, tenaga pendidik,
tenaga kependidikan, paket instrusi pendidikan, metode pengajaran (dalam proses
belajar mengajar), kurikulum pendidikan, alat instruksi & alat penolong instruksi, fasilitas
pendidikan, anggaran pendidikan, dan evaluasi pendidikan.
Perencanaan pendidikan dimaksudkan untuk mempersiapkan semua komponen
pendidikan, agar dapat terlaksana proses belajar mengajar yang baik dalam
penyelenggaraan pendidikan. Pengorganisasian pendidikan ditujukan untuk
menghimpun semua potensi komponen pendidikan dalam suatu organisasi yang
sinergis untuk dapat menyelenggarakan pendidikan dengan sebaik-baiknya.
Penggiatan pendidikan merupakan pelaksanaan dari penyelenggaraan
pendidikan yang telah direncanakan dan dilaksanakan oleh organisasi penyelenggara
pendidikan dengan memparhatikan rambu-rambu yang telah ditetapkan dalam
perencanaan. Sedangkan pengendalian pendidikan dimaksudkan untuk menjaga agar
penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan sesuai yang direncanakan dan semua
komponen pendidikan digerakkan secara sinergis dalam proses yang mengarah kepada
pencapaian tujuan pendidikan. Semua hal pokok tersebut ditujukan untuk menghasilkan
keluaran secara optimal seperti yang telah ditetapkan dalam perencanaan pendidikan.
Oleh karena itu, manajemen pendidikan dalam perkembangannya memerlukan
apa yang dikenal dengan Good Management Practice untuk pengelolaannya. Tetapi
pada prakteknya, Good management practice dalam pendidikan masih merupakan
suatu hal yang elusif. Banyak penyelenggara pendidikan yang beranggapan bahwa
manajemen pendidikan bukanlah suatu hal yang penting, karena kesalahan persepsi
yang menganggap bahwa domain manajemen adalah bisnis.
Setidaknya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait dengan
keberhasilan Good Management Practice dalam pendidikan, beberapa hal tersebut
teringkas dalam item-item sebagai berikut :
1. Sasaran Pendidikan: Aspek afektif
Salah satu isu utama keberhasilan pendidikan adalah sejauh mana tingkat
afektifitas yang dimiliki oleh anak didik. Apakah anak didik akan menjadi lebih saleh,
3
lebih berbudi pekerti, memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Hal itulah yang seharusnya menjadi tantangan yang harus dijawab oleh pendidikan.
Fenomena yang ada berupa maraknya tawuran, konsumsi narkoba dan jual beli
ujian di sekolah membuktikan bahwa sasaran afektif masih terabaikan dalam
penyelenggaraan pendidikan. Baik dalam pendidikan yang berbasis agama maupun
tidak. Perilaku dan sikap anak di berbagai lembaga pendidikan berbasis agama tidaklah
berbeda signifikan dengan mereka yang bersekolah di sekolah non agama. Padahal
aspek afektifitas inilah yang seharusnya menjadi nilai jual lebih lembaga pendidikan
berbasis agama dibandingkan lembaga pendidikan berbasis non agama.
Fenomena tersebut muncul karena sekolah hanya menanamkan nilai-nilai
skolastik secara teoritis saja, tanpa disertai dengan praktek langsung terhadap nilai-nilai
tersebut. Dalam hal ini sasaran afektif yang ingin dicapai tidak dijabarkan secara nyata
dalam kehidupan para anak didik. Sehingga Banyak institusi pendidikan berbasis agama
berhasil menempatkan anak didiknya dalam posisi terhomat dari segi skolastik, namun,
di balik sukses ini justru terjadi kegagalan besar dalam membentuk anak sebagai
manusia seutuhnya yang mempunyai kepedulian besar terhadap orang lain, masyarakat
sekitar dan isu-isu sosial yang berkembang dalam masyarakat.
2. Manajemen Guru
Guru sebagai salah satu sumber daya terpenting pendidikan, sampai saat ini
masih merupakan sumber daya yang undermanaged atau bahkan mismanaged.
Pimpinan pendidikan pada umumnya masih melihat guru sebagai faktor produksi saja.
Padahal manajemen guru, adalah suatu hal yang bisa dikatakan sangat penting untuk
keberhasilan suatu pendidikan. Manajemen guru harus diatur mulai dari proses seleksi
dan rekrutmen guru, proses pengembangan kemampuan guru sebagai tenaga pengajar
sampai pada proses motivasi guru agar dapat mempunyai komitmen tinggi.
Parahnya guru diperlakukan dapat kita ketahui di berbagai media masa. Mulai
dari gaji yang tidak cukup untuk hidup layak sampai tidak adanya jaminan kesehatan
apalagi jaminan hari tua. Tidak sedikit guru yang kemudian bekerja sambilan sebagai
tukang ojek. Tidaklah juga mengherankan kalau ada di antara mereka yang melakukan
tindakan tidak terpuji seperti menjual soal ujian dan sebagainya. Pihak penyelenggara
pendidikan lebih mementingkan surplus sekolah ketimbang meningkatkan kesejahteraan
guru. Padahal pendidikan dan keberhasilan pendidikan mencapai sasaran amat ditentukan
oleh guru.
4
3. Peningkatan Pengawasan
Dalam manajemen pendidikan, fungsi pengawasan sepertinya menempati posisi
terlemah. Hal ini bisa kita lihat pada misalnya hampir tidak adanya upaya untuk
menganalisis mengapa NEM terus merosot dari tahun ke tahun atau mengapa jumlah
siswa merosot padahal biaya pendidikan sudah relatif murah. Selama ini, kegiatan
pengawasan hanya difokuskan kepada presensi guru dan murid. Walaupun hal itu
penting, namun lebih banyak aspek pendidikan yang berkaitan dengan pencapaian
sasaran yang masih luput dari pengawasan.
4. Manajer Pendidikan
Keberhasilan manajemen pendidikan tidak bisa dilepaskan dari peran serta
manajer/pengelola pendidikan. Selama ini yang kita lihat adalah peranan ganda yang
dijalankan oleh komponen pendidikan. Guru merangkap sebagai karyawan, dan bahkan
guru menempati posisi sebagai kepala institusi pendidikan itu sendiri. Efisiensi biaya
sering dijadikan alasan penerapan sistem tersebut. Padahal urusan manajemen sangat
berbeda dengan urusan belajar-mengajar. Seharusnya manajer pendidikan dipegang
oleh orang yang benar-benar ahli dalam manajemen dan tidak berperan sebagai guru
pengajar. Hal ini selain karena faktor professionalisme juga agar masing-masing
komponen lebih fokus pada bidang yang mereka garap.
Fenomena yang terjadi selama ini adalah promosi seorang guru yang baik
menjadi manajer pendidikan tanpa melewati persiapan memadai seperti
penyelenggaraan pelatihan dan penyiapan manajer sekolah. Tidaklah heran, banyak
guru baik yang lalu menjadi manajer pendidikan yang gagal, karena ia menempati
tingkatan inkompetensinya dalam bidang manajerial. Hal ini dibiarkan berlarut-larut,
tanpa adanya tindakan dari institusi pendidikan untuk secara serius mencari dan
memposisikan seorang manajer sebagai manajer pendidikan di institusi tersebut.
Kerberhasilan penyelenggaraan pendidikan ditentukan oleh tersedianya manajer
pendidikan yang handal. Isu ini menjadi lebih relevan mengingat persaingan dalam
setiap jenjang dunia pendidikan kita makin intens. Tanpa manajemen dan manajer
handal, akan banyak lembaga pendidikan yang gulung tikar karena tidak berhasil
memuaskan para stakeholders.
5
5. Partisipasi Manajer Bisnis
Dalam membenahi manajemen pendidikan, tidak ada salahnya bagi
penyelenggara pendidikan untuk memanfaatkan keterampilan menajerial para manajer
bisnis. Fakta di manca negara membuktikan keefektifan pendekatan ini. Karena fungsi
manajemen bersifat universal dan keterampilan manajemen dapat ditransfer dari satu
bidang ke bidang lain, maka jalan pintas yang dapat diambil yaitu, sambil menyiapkan
manajer pendidikan, memanfaatkan tenaga manajer bisnis yang tersedia untuk
mengelola pendidikan.
Kita dapat mengambil pelajaran dari pengalaman berbagai sekolah bisnis di
Amerika Serikat yang merekrut para manajer bisnis yang ternyata berhasil
meningkatkan kinerja sekolah bisnis tersebut. Hal ini selayaknya diuji cobakan pada
institusi-institusi pendidikan di tanah air, untuk mencapai kemajuan manajemen
pendidikan.
6. Aliansi Antarsekolah
Salah satu hal yang bisa dilakukan untuk memajukan institusi pendidikan adalah
melakukan aliansi antar institusi pendidikan. Melalui koordinasi asosiasi lembaga
pendidikan (seperti MDPK/MPPK), suatu lembaga pendidikan dapat belajar dari good
management practice lembaga pendidikan lain. Begitu juga melalui proses
benchmarking, suatu lembaga dapat belajar dari pengalaman lembaga lain.
7. Kebijakan Pemerintah
Selain faktor-faktor internal lembaga pendidikan, faktor eksternal berupa
keterlibatan pemerintah dalam pendidikan juga sedikit banyak mempengaruhi
manajemen pendidikan di negara tersebut. Misalnya pada manajemen pendidikan
sentralistis. Penerapan manajemen pendidikan sentralistis sebagai kebijakan
pemerintah ternyata menjadikan proses demokratisasi dan desentralisasi
penyelenggaraan pendidikan terutama di daerah, menjadi kurang terdorong dan nilainilai
lokal tempat institusi pendidikan kurang terakomodasi dalam pelaksanaan
pendidikan.
Isu-isu diatas menjadi PR bagi institusi pendidikan untuk menjadikan pendidikan
yang memiliki mutu dan kualitas tinggi. Hal ini memerlukan keterlibatan semua pihak
untuk mewujudkannya. Semua stakeholders pendidikan mencakup orang tua,
masyarakat, pemerintah daerah dan pemerintah nasional harus turut serta dalam
6
penyelenggaraan aspek-aspek manajemen.
Selain itu perubahan sikap dan tingkah laku semua stakeholder yang semestinya
sesuai dengan tuntutan manajemen modern, juga merupakan salah satu tantangan yag
harus dihadapi. Karena hal ini memerlukan upaya penyadaran dan sosialisasi terhadap
semua stakeholder untuk menerima hal yang baru. Dan yang tak kalah pentingnya
adalah bagaimana memasukkan nilai-nilai lokal kedalam manajemen pendidikan
sehingga nantinya pendidikan akan menghasilkan keluaran yang berkomitmen untuk
membangun daerahnya bukan keluaran yang malah pergi meninggalkan daerahnya
hanya untuk mendapatkan keuntungan bagi dirinya pribadi.
Penutup
Pada dasarnya manajemen pendidikan sangat diperlukan oleh semua pihak
yang terkait dengan pendidikan. Tetapi dalam penerapannya ternyata tidak sesederhana
yang dibayangkan. Ada banyak tantangan dan problematika yang harus ditangani demi
terlaksananya manajemen pendidikan. Tantangan tersebut tidak akan bisa diatasi jika
hanya ditangani oleh individu sebagai elemen pendidikan, tetapi semua pihak harus
bekerja sama bahu membahu untuk menghadapi sekaligus menyelesaikan problematika
tersebut agar cita-cita pendidikan bisa direalisasikan sebagaimana yang telah
direncanakan sebelumnya.
Referensi
http://www.bpkpenabur.or.id/kps-jkt/berita/200006/artikel3.htm.
http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2005/0405/14/1102.htm
Fatah, Nanang. 2001. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung. PT. Remaja
Rosdakarya.
7